Malut Line

Halsel Malutline com-Perusahaan tambang nikel yang beroperasi di site Haul Sagu ini menjadi inisiator dan pendukung utama Pelatihan Pemahaman Konsep Dasar Guru Profesional (Calon Guru Sertifikasi) yang resmi dibuka pada Senin, 23 Juni 2025.

Kegiatan ini berlangsung di Gedung Sekolah dan Laboratorium Komputer MTs Arrahman Jikotamo, diikuti antusias oleh 22 guru dari berbagai madrasah di Kecamatan Obi.

Para peserta pelatihan berasal dari MAS Al Maarif Jikotamo, MTs Arrahman Jikotamo, MIS Laiwui, dan MIS Nurul Hasan Desa Baru.

Pelatihan ini secara spesifik dirancang untuk membekali para calon guru profesional agar dapat menerapkan empat kompetensi dasar guru, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.

Inisiatif ini selaras dengan visi PT Wanatiara Persada untuk berkontribusi secara berkelanjutan terhadap pembangunan sumber daya manusia di daerah, khususnya dalam menghadapi tantangan pendidikan di era pasca tambang.

Deputy GM Legal & PR PT. Wanatiara Persada, Darmanusa Alting, dalam sambutannya menegaskan bahwa partisipasi perusahaan dalam Program Pengembangan Masyarakat (PPM) di sektor pendidikan adalah sebuah kewajiban.

“Program PPM seperti ini bukan sekadar tanggung jawab sosial, namun ini adalah kewajiban perusahaan manapun untuk dilaksanakan secara berkelanjutan, khususnya di bidang pendidikan, sehingga bisa menjawab tantangan Pendidikan Pasca Tambang,” tegas Darmanusa.

Pernyataan ini menegaskan keseriusan perusahaan dalam investasi jangka panjang terhadap pendidikan, terlepas dari dinamika harga nikel global.

Kepala Sekolah MTs Arrahman Jikotamo, Abd. Rauf Lasuhu, S.Pd, M.Pd, yang juga Ketua Panitia Pelaksana, menyambut baik dukungan penuh dari PT Wanatiara Persada.

Ia berharap kegiatan ini dapat mencetak calon guru bersertifikasi yang mampu menerapkan kompetensi esensial tersebut secara optimal.

“Calon guru profesional diharapkan dapat menerapkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya,” Harap Rauf.

Turut hadir dan memberikan apresiasi tinggi adalah Camat Obi, Ali La Jarahia, S.Pd, MM serta perwakilan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Halmahera Selatan, Husain Jafar, S.Ag, M.Pd, yang juga menjadi salah satu instruktur dalam pelatihan ini.

Pelatihan yang akan berlangsung selama tiga hari ini didukung oleh instruktur berpengalaman, yaitu Husain Jafar, S.Ag, M.Pd yang merupakan Analis perencanaan dan pelaporan keuangan Kantor Kemenag Halmahera Selatan, Dr. Dra. Adiyana Adam, M.Pd, dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Ternate, serta Guru Laboratorium Komputer MTs Arrahman Jikotamo.

Melalui program PPM ini, PT Wanatiara Persada terus menunjukkan komitmennya untuk berinvestasi dalam peningkatan kapasitas guru, memastikan pendidikan di Obi mampu bersaing dan menciptakan generasi penerus yang kompeten dan siap menghadapi masa depan. (Red)

Halsel Malutline com-Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Halmahera Selatan pada hari Sabtu malam’ tanggal 21 Juni lalu, telah menimbulkan dampak besar di sejumlah desa. Salah satu desa yang kini menjadi sorotan adalah Desa Sumae, yang dilaporkan mengalami kerusakan parah akibat banjir.

Seorang pengguna Facebook bernama Surdin Ibrahim mengunggah foto-foto rumah warga yang hampir roboh akibat dampak banjir yang melanda. Foto tersebut langsung menarik perhatian warga net, khususnya di grup Info Halsel yang menjadi wadah informasi bagi masyarakat setempat.

Surdin Ibrahim dalam komentarnya mengungkapkan kekhawatirannya terkait lambatnya bantuan yang sampai ke desa tersebut. Dalam salah satu postingannya, ia menulis, “Mungkin kami terlalu jauh, sehingga tidak bisa membuka dapur umum dengan logistik bantuan itu. Kami yang terdampak banjir sampai saat ini tidak mendapatkan bantuan sedikit pun yang datang melihat,” ungkap Surdin. Kamis 26/06/2025

Komentar tersebut menyoroti kurangnya respons dari pihak berwenang, padahal kondisi desa sudah sangat memprihatinkan. Beberapa rumah warga terlihat nyaris rubuh, dan ada yang sudah runtuh sepenuhnya akibat terjangan air bah.

Surdin berharap pemerintah daerah segera menanggapi permasalahan ini dengan turun langsung ke lapangan untuk melihat situasi yang sedang terjadi. “Kami butuh perhatian segera dari pemerintah daerah agar dapat segera melakukan penanganan yang tepat untuk membantu korban banjir,” tambah Surdin.

Banjir yang terjadi di Desa Sumae ini menjadi salah satu peringatan tentang pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana alam, serta kebutuhan akan respons cepat dan tepat dari pemerintah dan lembaga terkait dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak.

Pemerintah setempat diharapkan dapat segera merespons dan memberikan dukungan yang diperlukan agar warga Desa Sumae dapat segera pulih dari dampak bencana ini. (Red)

Malut Line | Ternate

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) Universitas Khairun (Unkhair) melaksanakan kegiatan bertema “Jelajah Rasa Kuliner Tradisional Maluku Utara” sebagai bentuk implementasi mata kuliah Pendidikan Moloku Kie Raha. Kegiatan ini berlangsung di Aula Banau, Universitas Khairun, dengan penuh antusiasme dan nuansa kearifan lokal.(25/06/2025)

Acara ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Khairun, Prof. Dr. Abdu Mas’ud, S.Pd., M.Pd, yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap semangat mahasiswa dalam melestarikan budaya daerah, khususnya melalui pendekatan edukatif yang sesuai dengan konteks pendidikan anak usia dini.

Kegiatan ini di koordinir oleh Darmawati Hadi, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Dasar FKIP Unkhair, bersama Winda Oktaviani, S.Pd., M.Pd, yang juga menjadi pembimbing dalam pelaksanaan kegiatan.

“Jelajah Rasa Kuliner Tradisional Maluku Utara” menampilkan berbagai hidangan khas seperti popeda, kuah kuning, gohu ikan, sinole, sagu lempeng, asida, aer goraka, bira gule, kasuami dan makanan tradisional lainnya. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya mempelajari aspek budaya secara teoritis, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai lokal dalam bentuk nyata yang edukatif dan kontekstual.

Kegiatan ini menjadi bentuk nyata kolaborasi antara ilmu pengetahuan dan pelestarian budaya, sekaligus media pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa PGPAUD Universitas Khairun dapat menjadi pelopor dalam mengenalkan warisan budaya Maluku Utara kepada anak usia dini, serta menjadi pendidik yang berwawasan lokal dan global.

Kegiatan di akhiri dengan bazaar murah. Dosen, pegawai dan mahasiswa mengunjungi stand dan membeli berbagai macam kuliner yang di jual dengan harga yang terjangkau.(Arief Muluk/Winda)

 

 

 

 

Manado, Malutline – 26 Juni 2025  Felisha Hafi Aswin, balita perempuan berusia 10 bulan asal Desa Gane Dalam, Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), saat ini tengah menjalani perawatan intensif akibat penyakit hidrosefalus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado, Sulawesi Utara.

Felisha adalah anak pertama dari pasangan Aswin M. Sangaji, seorang petani, dan Fistri Haras, ibu rumah tangga. Ia mulai menunjukkan gejala penyakit sejak usia 4 bulan dan hingga kini telah berjuang selama 6 bulan melawan hidrosefalus  kondisi medis serius yang menyebabkan penumpukan cairan di otak.

Menurut keterangan dari nenek dan kakeknya, Masria Harap dan Mahmud Wahid, Felisha awalnya mendapat perawatan tradisional dan pengobatan alternatif. Karena kondisi tak kunjung membaik, ia dirujuk ke Puskesmas Gane Dalam, lalu ke RSUD Labuha, dilanjutkan ke RS Siloam untuk rawat jalan. Ketika kondisinya memburuk dengan demam tinggi, ia dibawa ke IGD RSUP Kandou Manado dan telah menjalani rawat inap selama 13 hari, menunggu jadwal tindakan operasi.

Sayangnya, hingga hari ini, Felisha harus berjuang sendiri tanpa dukungan nyata dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan maupun Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Diduga kuat, belum ada informasi resmi yang diterima Pemkab Halsel terkait kondisi darurat kesehatan yang dialami Felisha. Padahal, sesuai regulasi, pemerintah daerah memiliki tanggung jawab sosial terhadap warganya, terutama keluarga dengan keterbatasan ekonomi seperti keluarga Felisha.

Felisha berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya hanya seorang petani dengan penghasilan terbatas, sementara ibunya tidak bekerja. Biaya pengobatan di luar daerah tentu sangat memberatkan, terlebih untuk tindakan medis lanjutan seperti operasi. Dukungan pemerintah, baik dalam bentuk layanan kesehatan gratis, bantuan transportasi medis, maupun dukungan logistik keluarga pasien, sangat dibutuhkan.

Masyarakat Halmahera Selatan dan sekitarnya diajak turut serta membantu keluarga Felisha, baik secara moral maupun materiil. Uluran tangan dari sesama warga dapat menjadi jembatan harapan bagi kesembuhan gadis kecil ini. Sementara itu, perhatian dan respon cepat dari Pemkab Halsel serta Pemprov Maluku Utara sangat dinantikan.

“Dek Felisha pasti sembuh.”

Kalimat itu bukan sekadar harapan, tetapi seruan solidaritas bagi seorang anak bangsa yang berhak mendapatkan hak hidup sehat dan masa depan yang cerah. Semoga pemerintah segera turun tangan. (Red)

Halsel, Malutline— Lembaga suwadaya masyarakat (LSM) Ftont Anti Korupsi Indonesia (FAKI) Provinsi Maluku Utara mendesak Kejaksaan tinggi (Kejati) Maluku Utara mengevaluasi jabatan kepala kejaksaan negeri (Kejari) Halmahera Selatan serta mengambil Alih Proses Hukum Program beasiswa fiktif bagi mahasiswa kurang mampu di kabupaten Halmahera Selatan tengah disorot hingga kasus ini di tangani oleh kejaksaan negeri (Kejari) Halmahera Selatan provinsi Maluku Utara namun tidak ada titik terang penanganan kasus tersebut.

Tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan melalui Dinas Pendidikan mengalokasikan dana sebesar Rp 1,5 miliar untuk dua perguruan tinggi di daerah tersebut, Namun, belakangan muncul dugaan penyaluran fiktif, terutama di Sekolah Tinggi Pertanian (STP) Labuha yang di pimpin oleh Kabag kesrah Pemda Halsel Yudhi Eka Prasetia SSi, M.Si

Berdasarkan data, STP Labuha menerima alokasi sebesar Rp 1 miliar untuk 500 mahasiswa, sementara STAI Alkhairat Labuha menerima Rp 500 juta untuk 250 mahasiswa, Sayangnya, hasil penelusuran media ini menemukan adanya ketidaksesuaian penyaluran Beasiswa yang kebanyakan fiktif antara data penerima dan kenyataan di lapangan mahasiswa penerima beasiswa.

Karena Sejumlah nama yang tertera pada data sebagai penerima beasiswa di STP Labuha ternyata tidak pernah terlihat di kampus, Bahkan ada indikasi bahwa beberapa di antaranya bukan mahasiswa aktif, bahkan bukan mahasiswa sama sekali alias Fiktif “Banyak dari nama-nama itu tidak dikenal di kampus, Kami tidak pernah melihat mereka di kelas,” ujar salah satu mahasiswa STP Labuha yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Desakan ini di Sampaikan oleh ketua LSM Front anti korupsi Indonesia (FAKI) Dani Haris Purnawan kepada Malutline, melalui saluran teleponnya belum lama ini mendesak kejaksaan tinggi Maluku Utara segera mengevaluasi kepala kejaksaan negeri (Kejari) Halsel dan mengambil alih proses hukum Beasiswa fiktif baik STP Labuha Mupun STAIA Labuha dan menetapkan ketua STP Labuha Yudhi Eka Prasetia S.si, M.Si dan pihak yang terlibat dalam program Beasiswa fiktif sebagai tersangka.

Menanggapi hal ini, mantan Kepala Dinas Pendidikan Safiun Rajulan yang juga sekretaris Daerah (Sekada) Kabupaten Halmahera Selatan mengaku bahwa pihaknya hanya menyalurkan anggaran sesuai data yang diberikan pihak kampus “Kami hanya mengalokasikan sesuai surat keputusan dari pimpinan perguruan tinggi,” jelas Safiun.

Namun hal ini justru memunculkan pertanyaan lebih besar, Jika seluruh proses hanya berdasarkan dokumen dari kampus tanpa verifikasi lebih lanjut, bagaimana memastikan keabsahan data penerima beasiswa oleh kepala dinas pendidikan Halsel Safiun rajulan sebagai kuasa pengguna anggaran saat itu ?

Kejaksaan Negeri Halmahera Selatan telah turun tangan, Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus), Ardhan Rizan Prawira, kepada wartawan belum lama ini mengungkapkan bahwa beberapa pihak terkait telah dipanggil dan dimintai keterangan.

Pihak yang sudah di panggil dimintai keterangan di antaranya “ketua Sekolah Tinggi Pertanian (STP) Labuha Bacan Yudhi Eka Prasetia, S.Si, M.Si. bendahara, dan bagian kemahasiswaan sudah kami periksa dua kali, Dari Dinas Pendidikan juga sudah kami minta keterangan,” ungkapnya.

Sayangnya, penyelidikan masih terkendala karena sulitnya melacak penerima beasiswa, Dari puluhan nama yang dicek secara acak, hanya dua orang yang berhasil ditemukan meski ada mahasiswa yang sudah mengakui jika banyak data mahasiswa fiktif yang menerima Beasiswa yang di salurkan oleh ketua STP Labuha dengan menggunakan Data fiktif mahasiswi.

Mirisnya lagi, nama-nama yang diduga fiktif sebagai penerima beasiswa sejak tahun 2022, dan tahun 2023 tersebut dikabarkan kembali muncul dalam daftar penerima beasiswa fiktif di tahun 2024, Ini memperkuat dugaan adanya praktik manipulasi data mahasiswa fiktif pada kampus STP yang sekarang menjadi Universitas Nurul Hasan (Unsan) Labuha secara berulang.

Olehnya ketua LSM Front anti korupsi Indonesia mendesak Kejati ambil alih kasus tersebut secara serius jika tidak di ambil alih proses hukum kasus Beasiswa fiktif tersebut jika tetap di tangani oleh kejaksaan negeri (Kejari) Labuha kasus tersebut berpeluang mandeg seperti penanganan kasus Bank (BPRS) sarumah Halsel yang dapat meloloskan pelaku kejahatan korupsi di kabupaten Halmahera Selatan. Cetusnya.

Hingga kini, belum ada pihak yang mengakui kesalahan atau bertanggung jawab secara terbuka. Proses hukum masih berjalan, dan masyarakat menanti transparansi dari pihak kampus maupun pemerintah daerah. (Red)

Muat Lagi Berita