Jakarta, Malutline – Akhir Narasi DOB Sofifi Jika Hanya Menghasilkan Perpecaha antara Rakyat dengan Rakyat, Ucapnya Ketua Umum PB-Formalut Jabodetabek M. Reza A Syadik
Jika Daerah Otonomi Baru (DOB) Sofifi hanya menjadi panggung adu jotos tanpa arah yang jelas, bahkan memicu konflik horizontal antar masyarakat, maka seluruh wacana ini kehilangan makna dasarnya, hentikan saja Narasi DOB.
Apa gunanya DOB jika rakyat yang seharusnya merasakan manfaatnya justru menjadi korban dari kegaduhan pada kontak fisik, Gubernur Sherly hentikan saja narasi DOB Sofifi.
Pemekaran daerah sejatinya adalah alat untuk mendekatkan pelayanan, juga dapat mengeksplorasi pembangunan, dan menguatkan identitas daerah, bukan memperlebar jurang sosial atau menabur benih perpecahan di antara anak-anak negeri di Maluku Kie Raha.
Ibu Sherly sebagai Gubernur harusnya berkordinasi kepada Walikota Tidore dan soand juga kepada kesultanan tidore itu malah justru menjadi solusi yang baik.
Riuh Wacana DOB Sofifi, FORMAPAS Maluku Utara jabodetabek Riswan Sanun yang barus aja terpilih juga menghimbau Masyarakat agar Tak Terprovokasi.
Wacana pemekaran Sofifi menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) yang memanas, malah terlihat memecah opini masyarakat pro, kontra. Namun, di tengah situasi yang makin tegang, Forum Mahasiswa Pascasarjana Maluku Utara (FORMAPAS-MALUT) Jabodetabeka-Banten justru meminta agar rakyat sofifi dan tidore “Tahan diri, jangan terbakar provokasi elit politik,”
Seruan ini datang karna rasa cinta kami sebagai putra daerah, dari Ketua Umum FORMAPAS MALUT, Riswan Sanun, menyikapi situasi memanas di Sofifi pada Rabu, (23/7), Aksi unjuk rasa yang melibatkan kelompok yang mendukung dan menolak pembentukan DOB terjadi di sejumlah titik di Sofifi dan menciptakan kericihun, untung saja masih bisa di atasi aparat kepolisian propinsi Maluku Utara.
Wacana menjadikan Sofifi sebagai DOB sesungguhnya bukan hal baru. Kota yang kini menjadi ibu kota Provinsi Maluku Utara itu secara administratif masih berada di bawah Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, tepatnya di Kecamatan Oba Utara, Pulau Halmahera.
Namun bagi sebagian masyarakat, wacana ini bukan hanya soal pemekaran wilayah, tapi bagi yang pro mungkin saja memerlukan DOB sofifi agar dapat mengurus runah tangganya sendiri.
Kalau benar ada niat baik dari pemerintah provinsi dan elit politik Nasional soal pembentukan DOB, seharusnya mereka berkordinasi dengan baik, bukanmalah menciptakan narasi-narasi propaganda berseliweran di media sosial,” ujar Riswan Sanun dalam keterangannya. Ia menegaskan, masyarakat jangan mudah terpancing oleh framing politik yang menyesatkan.
Riswan menyebut para elit seharusnya sadar bahwa setiap pernyataan yang mereka sampaikan ke publik memiliki dampak luas. “Ada pesan yang secara sengaja dibentuk, dan publik yang jadi korban. Kita harus dewasa menyikapi ini,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh pihak baik Pemkot Tidore, Kesultanan Tidore, Pemerintah Provinsi, hingga tokoh masyarakat Oba, untuk menanggalkan ego sektoral agar terciptanya kedamaian. “Duduk bersama. Bahas masa depan Sofifi tanpa menghapus sejarah siapa kita,” tegasnya.
FORMAPAS MALUT dan PB-FORMMALUT, dalam sikap tidak berada pada ruang pro atau contra, yang lebih penting yaitau bagaimana adanya kehangatan warga Negara, memang percepatan Pembentukan Tim Perumus Bersama sangat diperlukan jika benar-benar ingin DOB Sofif, tetapi harus di garis bawahi Tim ini harus melibatkan unsur pemerintah pusat, Pemprov Maluku Utara, Pemerintah Kota Tidore, DPRD, Kesultanan Tidore serta tokoh masyarakat Oba secara total, serta akademisi. Tujuannya tentu untuk merancang format kelembagaan baru bagi Sofifi tanpa menghapus jejak sejarahnya sebagai bagian dari tanah adat Tidore.
Gubernur sherly sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah, kini menghadapi tantangan besar, Sherly dituntut menghadirkan skema yang secara konstitusional mampu menjembatani kebutuhan administratif dan pelestarian identitas lokal. (Red)