Labuha. Malutline.Warga Desa Jeret, Kecamatan Kasiruta Timur, masih menghadapi krisis air bersih meski pemerintah desa rutin mengalokasikan dana desa untuk pengadaan air bersih setiap tahun.
Desa berpenduduk 81 kepala keluarga ini tidak memiliki sumber air bersih karena kondisi geografi desa tersebut yang berlumpur, sehingga tidak memungkinkan munculnya mata air. Ironisnya, meski anggaran terus dikucurkan, warga tetap kesulitan mendapatkan air bersih.
Data dari APBDes menunjukkan angka pengadaan air bersih terbilang besar. Tahun 2019 tercatat sebesar Rp19,9 juta, naik menjadi Rp 36 juta pada 2022, Rp 27,7 juta pada 2023, dan melonjak drastis menjadi Rp 267 juta di tahun 2024.
Namun hingga kini, warga masih mengandalkan air hujan, dan mengambil air bersih dari Desa Kasiruta Dalam dengan menggunakan perahu bermotor kecil (body ketinting) menempuh jarak beberapa kilometer.
“Kalau mau air, kita harus ke Desa Kasiruta Dalam,” ujar warga desa setempat, sembari menunjuk ke arah laut.
“Naik body ketinting. Kalau cuaca buruk, bisa berhari-hari kita tanpa air,” sambunya sembari berharap adanya perhatian serius dari pemerintah.
Kondisi ini menimbulkan dugaan adanya penyalahgunaan anggaran, sebab dalam hampir satu periode kepemimpinan Kepala Desa, Irfan Yusnan, kebutuhan dasar warga belum juga terpenuhi.(Red)